Sayapun sebenarnya tidak sengaja baca cerita ini, kebetulan ada kemiripan nama. Ketika saya membaca sebuah postingan blogger yang menyebutkan bahwa apakah nama anda sudah dikenali oleh google? sebutnya. Lalu saya ketikkan nama saya Erianto sebagai kata kunci. Ternyata banyak toh? Inilah kebanggaan Erianto lalu melakukan jurus CopyCat 101. Saran saya jangan di baca semua.

Inilahdotcom, Sebuah cerita berbau sukses, seringnya berawal dari hal kecil bahkan sepele, seolah menguatkan hukum alam yang mengatakan roda kehidupan selalu berputar.

Erianto

Erianto bukan Erianto Simalango

Di panggung olahraga, sepak bola khususnya, siapa yang tak kenal dengan Pele sang legenda dari Brasil. Mereka yang tak suka nonton bola pun pasti pernah mendengar namanya. From zero to the real hero, ungkapan ini cocok disandingkan dengan Pele. Bagaimana tidak, Pele yang dulu hanyalah bocah miskin di desa bernama Coracoes, Brasil.

Tapi siapa sangka, sosok yang tak pernah mengecap pendidikan tinggi ini tiga kali mempersembahkan juara dunia bagi Brasil (1958, 1962, 1970).

Kisah perjalanan awal Pele itu juga dialami Erianto (ada kesamaan penderitaan dengan Erianto Simalango), bocah 14 tahun asal Kabupaten Nagrak, Sukabumi. Namanya mulai santer seusai terpilih sebagai kapten terbaik pada kejuaraan Milan Camp di Italia, pertengahan Oktober ini.

Tak hanya itu, bocah 14 tahun ini juga sukses mengibarkan bendera merah putih setelah di final, Indonesia mengalahkan tim Italia 1-0. Kompetisi sepak bola junior ini berlangsung di Stadion kenamaan milik Inter Milan dan AC Milan, San Siro. Kedua orang tuanya petani. Faktor ekonomi menjadi alasan kenapa untuk menamatkan SMP pun Eri tak bisa alias putus sekolah atau drop out (DO).

Sehari-hari, Eri membantu kedua orang tuanya dengan memberi makan hewan ternak. Air mata Eri menetes saat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyambutnya di Istana Negara, minggu lalu. “Nama saya Erianto, umur saya 14 tahun. Setelah SMP saya putus sekolah dan berasal dari keluarga tidak mampu,” ujarnya saat itu.

Semuanya berawal dari terpilihnya Eri saat PT Asia Sport Development mencari bibit berbakat. Dari situ, selama enam tahun belakangan Eri digembleng mantan bintang timnas merah putih Arif Hidayat. Hasilnya tak main-main, di Italia Eri dan kawan-kawan sanggup mengalahkan empat tim asal Eropa dan Amerika Latin.

Puncaknya, tentu di babak final saat mengalahkan tuan rumah. All Star Team Challenge AC Milan Junior Camp, merupakan suatu wadah yang memungkinkan pemain muda mendapat program pelatihan demi merintis jalan menjadi pemain kelas dunia. Program ini telah berjalan 10 tahun di 180 daerah di 36 negara. Eri terpilih saat dilakukan penjaringan kategori usia Sembilan hingga 15.

Seleksi AC Milan Junior Camp berlangsung di Bali dan Jakarta. Memang terlalu muluk membandingkan Pele dan Erianto. Tapi paling tidak ada secuil harapan di masa depan untuk sepak bola Indonesia yang saat ini posisinya di peringkat FIFA kian merosot. Adalah PSSI yang harus terus berbenah diri, pembibitan usia muda wajib disoroti lebih banyak demi regenerasi berkelanjutan. [nic]

=========== Mudah-mudahan kecipratan semangat dan motivasinya buat saya, mhn doa ye? sehingga uang akan mengejar saya saya nantinya…….