Motivasi


Akhirnya saya harus melanjutkan terus menulis, setelah membaca tulisan seorang teman yang menyatakan demikian, menulislah selama kamu masih hidup, karena dengan tulisanmu nanti kamu serasa terus hidup walaupun orangnya sudah meninggal. Wew…. kata saya, katamu ???? Kalau saya tidak salah kemarin saya bertanya Sudah sampai dimana Anda?

asuransi-kesehatan-prudential-untuk-anak-di-prudential-pekanbaru

Untuk Konsultasi Call. 0857.678.07007 email : ericserianto@gmail.com

Saya terus belajar dan mendapat dari salah seroang manager yang selalu menginspirasi beliau mengatakan demikian :

Banyak orang berkata, mengatur uang itu sukar.
Banyak orang yang kewalahan mengelola keuangannya.
Banyak orang yang susah payah untuk membayar biaya hidupnya.
Banyak orang yang sampai setiap bulan berutang ke sana ke mari.
Banyak orang yang tidak mampu menabung dan menyisihkan penghasilannya.
Banyak orang yang tidak bisa tidur akibat terbelenggu dengan utang.
Dan masih banyak problematika keuangan yang dihadapi dalam hidup sehari-hari oleh banyak orang.

Mengapa itu semua terjadi? karena kita selalu mencari siapa yang harus dikambing hitamkan, apakah itu suami, istri dan anggota keluarga lainnya. Maka pertanyaan – pertanyaan yang muncul selalu melihat ke luar, bukan ke dalam diri kita masing – masing lalu bersama-sama dengan anggota keluarga. Sering bertanya seperti ini kalau sudah berbicara dengan uang atau ingin membuat rencana masa depan?

Siapa yang membuat itu semua terjadi?
Apakah ada pihak ke 3 yang bertanggung jawab?
Apakah fenomena itu dapat dicegah?
Bagaimana bila semua itu sudah terjadi?
Bagaimana mengatasi fenomena itu?

Padahal,

Semua itu terjadi bukan karena dosa orang lain, Fenomena itu juga bukan karena kesalahan uang, tetapi itu terjadi karena diri kita masing-masing. Kita yang menjadikannya demikian! Serius !!!

Pasti sering kita dengar dengan kata – kata ini, “Lebih baik mencegah, daripada mengobati” sebuah peribahasa yang sesuai dengan pengelolaan keuangan. Memang namanya mencegah tidak mengatasi masalah 100% tetapi paling tidak bisa membatu saat kita butuh, seperti saya ceritakan kemarin. baca Anak-anak masih kecil, nantilah itu diurus

Pencegahan sebelum terjadi secara umum :

  1. Sisihkan 10% – 20% dari setiap penghasilan yang diterima
  2. Selalu hidup di bawah kemampuan ekonomi (max. 80%)
  3. Gaya hidup boleh, namun tidak berutang dan masuk dalam budget (lihat no. 2)
  4. Memiliki anak harus direncanakan sesuai penghasilan.
  5. Mulailah sekarang!

Pengobatan jika anda sekarang sedang mengalami financial crisys (krisis keuangan) :

  1. Jarangkan pengeluaran yang tidak perlu
  2. Turunkan gaya hidup yang konsumtif
  3. Tunda kebutuhan dan keinginan yang tidak urgent
  4. Hilangkan keinginan dan biaya hidup yang merusak (rokok, dugem dlsb.)
  5. Pastikan biaya hidup < penghasilan ; bagaimanapun caranya (pergunakan cara 1 – 4 seperti pencegahan di atas)
  6. Bila tidak bisa; cari penghasilan tambahan agar penghasilan > biaya hidup, baca : memulai usaha
  7. Cara lain: jual semua aset untuk membayar utang
  8. Mulai hidup sederhana sekarang juga (kembali ke langkah 1)

Uang itu benda mati, Uang tidak bisa mengatur dirinya sendiri, Uang itu patuh sama tuannya
Tuannyalah yang cerdas dan bijak, atau “o’on” dan blo’on.

Tulisan Terkait :

Menunda memang bukan penyakit mematikan, tetapi menular dan sering membuat penyesalan yang begitu mendalam ketika kejadian sudah ketiban menimpa diri kita sendiri. Itulah yang sering terjadi dan kebiasaan menunda ini sepertinya sudah melekat dalam setiap pribadi kita.

cara-daftar-asuransi-kesehatan-prudential-di-pekanbaru

Sudah membaca kisah yang saya ceritakan sebelumnya, 13 juta diganti dengan nyawa, hanya Tuhan yang taumasih berlanjut. Dari keluarga ini, ada 4 orang anak yang semuanya masih butuh biaya yang besar, karena anak pertama dari 4 bersaudara ini baru pendirikan kelas 2 SMA dan yang paling kecil kelas 4 SD. Bisa dibayangkan, di tengah hiruk pikuk kota metropolitan Pekanbaru ini, pastinya butuh biaya yang tinggi.

Mohon maaf, sementara warisan yang ditinggal tidak begitu ada yang bisa di andalkan, bahkan untuk kehidupan sehari-hari pun belum tentu tercukupi. Tetapi memang bener, tidak ada yang bisa mengabaikan keajaiban Tuhan atau mungkin serin disebut mujizat.

Nah, kenapa saya mengangkat topik, Anak-Anak masih kecil, nantilah itu diurus, mungkin itulah yang sering terpikir waktu dulu, yang membuat kita sering menunda, padahal waktu itu biaya masih kecil, hanya saja mungkin kita sering terlena terutama tidak menyadari bahwa kita berada dalam zona nyaman.

Andaikan saja, secara bertahap anak-anak tersebut dulu di rencanakan masa depannya dengan pola menabung, investasi atau asuransi, paling tidak beban di hari esok bisa terbantu, dibanding kondisi keluarga yang saat ini, sudah tidak ada investasi atau asuransi, anak2 pun butuh biaya sekolah dan juga biaya hidup. Sedih rasanya, tetapi apa boleh buat, tangan tak sampai……. saya jadi teringat tulisan teman, seperti berikut : Anda tidak akan pernah bangkrut karena bayar asuransi, tetapi anda bisa bangkrut karena tidak bayar asuransi. Wuih sepertinya kayak di miskinkan ya.. :

Tidak ada yang tau apa yang akan terjadi besok, tetapi disetiap doa – doa kita pasti punya pengharapan bahwa Tuhan akan tetap memberikan yang terbaik dalam hidup kita. Maka layak dong kalau setiap saat kita harusnya bersyukur atas kehidupan yang sudah kita nikmati.

Tetapi ketika kita berbicara tentang masa depan seperti saya tulis kemarin “Merencanakan masa depan yang baik itu penting gak sih” maka kita langsung 100% optimis, ya sudah lah, yang besok – besoklah, yang sekarang – sekarang, pasti 90% akan menjawab demikian. Tetapi dalam setiap hayalan, kita semua ingin memiliki masa depan yang lebih baik. Ingat, khayalan, angan2 bukan IMPIAN (Dream) baca IMPIAN Saya sampai sekarang belum TERCAPAI siapa yang salah?

menghasilkan uang dari internet tanpa modal

Maka sekali lagi saya ingin bertanya “Merencanakan masa depan yingang baik itu penting gak sih?” tentu jawabnya penting menurut saya. Mudah – mudaha kejadian yang sama tidak terulang lagi. Andai saja kita mau berbagi resiko maka kejadian seperti di judul ini memang tidak akan terjadi.

Ketika seseorang di rawat di ICU itu, membutuhkan perkiraan biaya sekitar Rp. 13jt perhari kalau kondisinya di bawah normal, standar normal kesadaran manusia itu diukur dari 0 – 15. Jadi kalau kalau di bawah 10 itu sudah agak darurat. Ini saya dapatkan ketika berbicara dengan salah satu dokter, waktu mengurus teman saya yang kecelakaan.

Nah kembali ke topik tadi, ketika diperhadapkan dengan pertanyaan seperti ini, pak, pasien harus dilakukan perawatan dengan biaya 13jt/hari dan butuh persetujuan sekarang, kalau tidak pasien akan semakin parah dan bisa kondisinya, kembali ke sorga, apa yang akan anda lakukan, sementara kondisi keuangan kita tidak memungkinkan untuk membayar kalau sampai 13juta perhari. Kalau sempat 10hari di ICU, artinya bisa 130jt. Jangankan uang 130jt, mungkin 20juta pun jarang mampir direkening kita, lalu bagaimana menjawab pertanyaannya?

Kalau kita jawab, TIDAK, maka nyawa teman, akan berakhir, kalau kita YA sementara kita tidak punya uang, apa yang bisa kita lakukan? itulah yang saya alami, maka disinilah saya baru tersadar pentingnya BERBAGI RESIKO, walaupun memang bahwa tidak ada jaminan bahwa besok akan sembuh, seperti di awal tadi, hari esok siapa yang tau apa yang akan terjadi, maka hari ini kita hanya bisa berharap dan harus mulai menata dan merencanakan masa depan yang lebih baik.  mari kita sharing disini 🙂

Artikel Terkait :

  1. IMPIAN Saya sampai sekarang belum TERCAPAI siapa yang salah?
  2. Merencanakan masa depan yang baik itu penting gak sih?
  3. Impian Masa Depan?
  4. Hanya IDE dan IMPIAN tanpa MODAL bangun USAHA?

Laman Berikutnya »